Istilah "kancil pilek" ini penulis dapat dari salah satu buku karangan Prof. Mhafud Md, "Konstitusi dan Hukum dalam kontraversi isu" , disalah satu tema buku tersebut membahas masalah "kancil Pilek", ketika melihat daftar isi judul itu yang membuat saya tertarik , dan langsung meluncur untuk membaca topik itu, dan memang menarik.
Al kisah, dihutan rimba yang dikuasi Singa penguasa busuk (baunya pesing menyengat), sehingga kebusukan itu menjadi perbincangan oleh binatang-binatang di hutan rimba itu, Ngosip rakyat tersebut terdengar sampai diteliga pengusa, yang dari itu penguasa memutuskan untuk memanggil tiga kepala suku binantang (Ajing, Kijang dan Kancil) untuk di introgasi di suatu tempat.
sampailah pada saat introgasi tersebut,
Sang penguasa singa brtanya kepada Helder "apa kah benar bau ku busuk" . sambil mengendus-endus sang helder berkata " benar yang mulia, bau anda sangat lah busuk ", sontak sang Singa Marah dan menerkam Helder, "kurang ajar, berani-berani benar kau menghina penguasamu ini" seketika itu pula Helder mampus di cabik-cabiknya.
berikutnya, singa sang raja rimba memangil kijang dengan pertanyaan yang sama, kijang pucat takut bukan kepalang karena merasa bakal senasib seperti Helder " Tidak yang mulia, Yang mulia begitu harum mewangi" sambil menahan bau busuk, sontak singa penguasa rimbah Marah " dasar munafik" seketika itu kijang di cincang-cincang hingga mapus juga.
tiba watu kancil di introgasi , dengan pucat kancil mendekat dan mengendus sang raja rimba tak lama kancil bersin-bersin, "kenapa kau bersin-bersina, Apa karena badan ku bau" kata Singa si raja rimba geram. kancil menahan muntah sambil berkata " maaf yang mulia saya tidak tahu, apakah badan yang mulia busuk atau tidak, sebab saya pilek". mendengar jawaban itu raja rimba itu hanya terdiam dan meninggalkan kancil....
inti cerita dari buku diatas kurang lebih demikian.
-
sepintas cerita mengenai "politik kancil pilek" mengandung makna bahwa terkadang kita harus "pura-pura pilek (baca: pura-pura tidak tahu)" untuk menghadapi penguasa yang busuk, menariknya Dogeng diatas justru lebih sering terjadi dalam dunia nyata( khusunya dunia perpolitikan).
misalnya saja yang dilakukan Dahlan Iskan dalam membongkar peraktik Pemerasaan Oknum DPR terhadap BUMN, tapi tentu Dahlan Iskan jauh lebih cerdas dari "politik kancil pilek"... karena Dahlan Iskan sebelum datang menghadap ke DPR melakukan woro-woro(baca: diumumkan) pada media (corong masyarakat), bahwa dia siap untuk menghadap DPR, yang dari woro-woro menunjukan idealismenya sekaligus menguatkan berginig posisinya (karena di sorot media) antisipasi apabila ada tekanan dari pihak-pihak yang tidak senang akan laporannya tersebut.
Sehingga jika cara Dahlan Iskan itu diumpamakan dengan kisah "Kancil pilek" diatas maka maka pada saat menghadap Sang Raja rimba kancil meworo-woro kepada seluru binatang di Rimba untuk datang saat introgasi , dan saat di introgasi sang penguasa busuk mengenai bau badan penguasannya maka kancil tersebut menjawab " Anda tidak bau yang mulia, hanya saja tai kucing yang menempel di badan anda yang bau". dari sorotan banyak binatang dan pernyataan "lembut" sang kancil maka penguasa busuk itu berkata " Terima Kasih cil, Saya akan segera membersikan Tai Kucing yang melekat di tubuhku" dengan geram . dari jawaban itu mungkin sebagian rakyat rimba kecewa dengan kancil yang terkesan tak jujur, namun sebagian lagi memahami esensi dari pernyataan kancil tersebut yaitu agar penguasa mau mndi bersih-bersih supaya tidak lagi busuk.
Saya melihat seperti itu politik yang di gunakan Dahlan Iskan dalam membongkar suap DPR...(maaf oknum DPR). bagaimana menurut anda?
Mnrtku politik kancil pilek yg cndrng trkesan spt 'cari selamat aja', itulah yg mngkin ga mungkin dihindari lg oleh seorg Dahlan Iskan krn sdh trll muak atw eneg dgn tingkah laku oknum2 anggota dewan. Konteksnya jd sgt brbeda krn frame cerita yg dilakoni Dahlan Iskan sgt kompleks, tujuannya pun mmg spt mau buka front dgn DPR, spt mau kasih pelajaran ke oknum2 anggota dewan trlepas apa risiko yg akan dihadapi atau terlepas ini akan jadi efektif atw tidak thd perubahan perilaku anggota dewan. Pihak2 ttt lalu kebakaran jenggot, trs ditiupkanlah isue bhw hal ini bs mrusak kinerja pemerintahan SBY lah, kontraproduktif lah krn merusak hub antar lembaga negara atw kementerian, akhir kehancuran kabinet SBY lah, menteri2 ybs agar direcall lah, dsb. Pihak2 ttt tsb mnginginkan agar hal2 spt itu hrsnya dibicarakan scr internal dulu atw langsung dilaporkan ke aparat brwnang, jgn tiba2 digadang2 lwt media massa. Apa brsedia Dahlan Iskan atw Dipo jika mrk liat potensi tekanan yg bakal timbul? Bs dipahami kok tindakan yg dilakukan Dahlan Iskan atw Dipo Alam. Skrg bola panas sdh brada pd aparat brwenang, tunggu aja penyidikan mrk. Ini adl pmbelajaran politik dan kemajuan bngs kita dewasa ini dlm mngawal pemberantasan korupsi di negeri ini di mana media massa pun skrg brperan kuat mendorong kontrol sosial itu. Jgn sll diliat sbg sstu yg negatif atw dibentuk opini bhw hal ini adl negatif. Begitu sih mnrtku xixixi.
ReplyDeleteyup, kita tunggu diapakan boloa panas yang mengelinding di DPR ini, smoga DPR bisa menjalankan tugasnya(bersih2) dengan baik..
Deletedan saya pribadi mjemberi aplaus kepada Dahlan Iskan, sebab dia sebagai pemain (baca :Menteri) telah menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, setidaknya dengan memberi umpan labung yang bagus pada DPR, skrng, tinggal bagaiaman DPR memasukan bolanya...
menurut saya cerita kancil pilek sangat jauh dari apa yang di pikirkan dahlan iskan... mungkin yang menulis kancil pilek ini orang yang pesimis dan keluarga anggota dpr... yang jelas orang jujur di indonesia ini selalu di kucilkan dan di musuhi... klo orang yang ABS ya di senangi bos nya...
ReplyDeleteCerita "modifikasi Kancil pilek" ini justru menunjukan kehebatan seorang Dahlan Iskan dalam menghadapi sistem yang terindikasi busuk (baca;Korup)
Delete