Cari Yang Lain :

02 March 2013

Farhat Abbas : Dicari Petrus untuk Koruptor. Sebuah Satire !

------------------- SHARE --------------------
-------------------------------------------------
Sumber gambar http://ciricara.com/wp-content/uploads/2013/01/ciricara.com-farhat_abbas_dilaporkan_ke_polisi.jpg














Siapa yang tidak kenal calon presiden muda Farhat Abbas?  Jika  sedikit saja  kawan-kawan sering lihat TV gosip maka akan  tak asing dengan  nama Lawyers yang relatif muda itu, konon  dia mencalonkan sebagai presiden muda dengan Trade Merk  “Sumpah pocong”, dan gaya lugas yang sering menimbulkan kontraversi nya, misal saja saat pengunaan istilah berbau “rasis” dalam Tweet nya, sehingga sampai diperdbatkan dalam salah satu TV swasta di Indonesia yang mendatangkannya dan Anton Medan sebagai pihak yang merasa risih, dari acara “debat” itu lah saya  baru tahu bahwa tokoh muda yang satu ini memang sering mengunakan media sosial khususnya Twiteer sebagai sarana untuk  menyalurkan ide, saya pun memfollow twiter @ farhatabbaslaw, singkat cerita banyak tweet-tweet menarik yang d tuliskannya.

Dari beberapa kicauan-kicauan  yang menarik nan inspiratif  dari twiter  Farhad Abbas, ada  salah satu tweet  yang dirasa menarik untuk dibahas, yaitu tweet pada (28/02/2013) yang berbunyi :
Dicari/terima rakyat yg mau menjadi Petrus koruptor! (penembak misterius para koruptor! Yg bikin RI sengsara!) saat gue jadi Presiden nanti!


Jika ditelaah dari isi twiteer diatas  maka prinsipnya  Farhad Abas ingin menunjukan bahwa dia adalah salah satu sosok yang anti korupsi dan sangat muak terhadap para koruptor. Tapi justru disinilah letak permasalahannya, karena andai  Farhad Abbas bukan lah lawyer  maka ide  itu akan tetap merdu didengar  sebagai semangat anti korupsi, akan tetapi  sebagai lawyer pendapat tersebut terasa timpang, sebab dengan ide Petrus, seolah Farhad Abbas mensepakati upaya-upaya non-legislasi alias peradilan jalanan.
Istilah petrus (penembak misterius) populer pada masa Orede baru, sederhananya pada waktu itu seorang yang diduga brandal-brandal ditembak secara misterius, modusnya bermacam-macam namun motifnya hanya satu yaitu menghabisi seseorng yang dianggap brandal-branadal.  Karena  konon hanya orang-orang  yang terstigma negatif  yang dihabisi oleh petrus maka tidak sedikit orang yang mendukung eksestensi nya hal itu tak lain karena kehadiran petrus dianggap efektif  sebagai upaya preventif dan represif dalam  mempersempit ruang gerak  para kriminal, namun tidak sedikt pula yang anti terhadap  keberadaan petrus, sebab kehadiran petrus ini dianggap sebagai cikal bakal peradilan jalanaan bahkan rawan menjadi peradilan politik.

Dalam tataran hukum pidana pengunaan petrus  sebagai solusi pencegahan kejahatan itu tentu tidak dapat dibenarkan hal itu  menginggat Indonesia adalah salah satu pengguna sistem  hukum  Due Sistem Model (DPM) yang  secara sederhana dalam konteks ini dapat dipahami sebagai sistem hukum  yang selain berorientasi keadilan juga melindungi hak-hak para tersangka, setidaknya hal itu tergambarkan dan sering kita dengar dalam asas-asanya, misalnnya saja  asas  presumption  of innocence atau Praduga tak bersalah, dari terminologinya saja sudah jelas bahwa asas ini dapat  menyatakan bahwa seseorang yang diduga belum dapat dikatakan bersalah sebelum adanya putusan peradilan (inkracht), sehingga dalam pendekatan saja eksestensi  petrus tidak dapat dibenarkan alias sudah tidak layak lagi di Indonesia yang demokrasi ini, hal itu belum lagi ditinjau dari sudut pandang konstitusi  yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM). Maka  sudah pasti pengunaan ide petrus untuk membasmi koruptor itu bakal masuk tong sampah dan terkenang sebagai sejarah kelam.

Akan tetapi terlepas dari persoalan unkonstitusionalnya pendapat Farhad Abbas dalam Twitternya  mengenai petrus tersebut setidaknya  dapat mewakili jutaan masyarakat yang muak terhadap elit –elit  pelaku  korupsi (koruptor). Dan ide tersebut dapat dipahami sebagai  semangat capres muda Farhad Abbas  dalam pemberantasan tindak pidana  korupsi. Sehingga dengan berfikir positif  penulis lebih memposisikan ide  capres muda  mengenai petrus itu tak lebih sebagai  gaya politk satire sarkasme.

No comments:

Post a Comment

-

Related Posts with Thumbnails